Jumat, 10 Desember 2010

bag.III BAGAIMANA HUKUM MERAYAKAN MAULID NABI.??

11. Imam Al Hafidh
Al Muhaddits Syamsuddin
Muhammad bin Abdullah
Aljuzri dg maulidnya ”urfu
at ta’rif bi maulid
assyarif” 12. Imam al
Hafidh Ibn Katsir yg
karangan kitab
maulidnya dikenal dg
nama : ”maulid ibn
katsir” 13. Imam Al
Hafidh Al ’Iraqy dg
maulidnya ”maurid al
hana fi maulid assana” 14.
Imam Al Hafidh
Nasruddin
Addimasyqiy telah
mengarang beberapa
maulid : Jaami ’ al astar fi
maulid nabi al mukhtar 3
jilid, Al lafad arra ’iq fi
maulid khair al khalaiq,
Maurud asshadi fi maulid
al hadi. 15. Imam
assyakhawiy dg
maulidnya al fajr al ulwi fi
maulid an nabawi 16. Al
allamah al faqih Ali zainal
Abidin As syamhudi dg
maulidnya al mawarid al
haniah fi maulid khairil
bariyyah 17. Al Imam
Hafidz Wajihuddin
Abdurrahman bin Ali bin
Muhammad As syaibaniy
yg terkenal dg ibn diba ’
dg maulidnya addiba’i 18.
Imam ibn hajar al
haitsami dg maulidnya
itmam anni ’mah alal alam
bi maulid syayidi waladu
adam 19. Imam Ibrahim
Baajuri mengarang hasiah
atas maulid ibn hajar dg
nama tuhfa al basyar ala
maulid ibn hajar 20. Al
Allamah Ali Al Qari’ dg
maulidnya maurud arrowi
fi maulid nabawi 21. Al
Allamah al Muhaddits
Ja ’far bin Hasan Al
barzanji dg maulidnya yg
terkenal maulid barzanji
23. Al Imam Al Muhaddis
Muhammad bin Jakfar al
Kattani dg maulid Al
yaman wal is ’ad bi
maulid
khair al ibad 24. Al
Allamah Syeikh Yusuf bin
ismail An Nabhaniy dg
maulid jawahir an nadmu
al badi ’ fi maulid as syafi’
25. Imam Ibrahim
Assyaibaniy dg maulid al
maulid mustofa adnaani
26. Imam Abdulghaniy
Annanablisiy dg maulid Al
Alam Al Ahmadi fi maulid
muhammadi” 27.
Syihabuddin Al Halwani
dg maulid fath al latif fi
syarah maulid assyarif 28.
Imam Ahmad bin
Muhammad Addimyati dg
maulid Al Kaukab al azhar
alal ‘iqdu al jauhar fi
maulid nadi al azhar 29.
Asyeikh Ali Attanthowiy
dg maulid nur as shofa’ fi
maulid al mustofa 30. As
syeikh Muhammad Al
maghribi dg maulid at
tajaliat al khifiah fi
maulid khoir al bariah.
Tiada satupun para
Muhadditsin dan para
Imam yg menentang dan
melarang hal ini,
mengenai beberapa
pernyataan pada Imam
dan Muhadditsin yg
menentang maulid
sebagaimana
disampaikan oleh
kalangan anti maulid,
maka mereka ternyata
hanya menggunting dan
memotong ucapan para
Imam itu, dengan
kelicikan yg jelas jelas
meniru kelicikan para
misionaris dalam
menghancurkan Islam.
Berdiri saat Mahal Qiyam
dalam pembacaan Maulid
Mengenai berdiri saat
maulid ini, merupakan
Qiyas dari kerinduan
pada Rasul saw, dan
menunjukkan semangat
atas kedatangan sang
pembawa risalah pada
kehidupan kita, hal ini
lumrah saja, sebagaimana
penghormatan yg
dianjurkan oleh Rasul saw
adalah berdiri,
sebagaimana
diriwayatkan ketika sa ’ad
bin Mu’adz ra datang
maka Rasul saw berkata
kepada kaum anshar :
“ Berdirilah untuk tuan
kalian” (shahih Bukhari
hadits no.2878, Shahih
Muslim hadits no.1768),
demikian pula berdirinya
Thalhah ra untuk Ka ’b bin
Malik ra. Memang
mengenai berdiri
penghormatan ini ada
ikhtilaf ulama,
sebagaimana yg
dijelaskan bahwa berkata
Imam Alkhattabiy bahwa
berdirinya bawahan
untuk majikannya, juga
berdirinya murid untuk
kedatangan gurunya, dan
berdiri untuk kedatangan
Imam yg adil dan yg
semacamnya merupakan
hal yg baik, dan berkata
Imam Bukhari bahwa yg
dilarang adalah berdiri
untuk pemimpin yg
duduk, dan Imam
Nawawi
yg berpendapat bila
berdiri untuk
penghargaan maka taka
apa, sebagaimana Nabi
saw berdiri untuk
kedatangan putrinya
Fathimah ra saat ia
datang, namun adapula
pendapat lain yg
melarang berdiri untuk
penghormatan.(Rujuk
Fathul Baari Almasyhur
Juz 11 dan Syarh Imam
Nawawi ala shahih
muslim juz 12 hal 93)
Namun sehebat apapun
pendapat para Imam yg
melarang berdiri untuk
menghormati orang lain,
bisa dipastikan mereka
akan berdiri bila
Rasulullah saw datang
pada mereka, mustahil
seorang muslim beriman
bila sedang duduk lalu
tiba tiba Rasulullah saw
datang padanya dan ia
tetap duduk dg santai..
Namun dari semua
pendapat itu, tentulah
berdiri saat mahal qiyam
dalam membaca maulid
itu tak ada hubungan apa
apa dengan semua
perselisihan itu, karena
Rasul saw tidak dhohir
dalam pembacaan maulid
itu, lepas dari anggapan
ruh Rasul saw hadir saat
pembacaan maulid, itu
bukan pembahasan kita,
masalah seperti itu
adalah masalah ghaib yg
tak bisa disyarahkan
dengan hukum dhohir,
semua ucapan diatas
adalah perbedaan
pendapat mengenai
berdiri penghormatan yg
Rasul saw pernah
melarang agar sahabat
tak berdiri untuk
memuliakan beliau saw.
Jauh berbeda bila kita yg
berdiri penghormatan
mengingat jasa beliau
saw, tak terikat dengan
beliau hadir atau tidak,
bahwa berdiri kita adalah
bentuk kerinduan kita
pada nabi saw,
sebagaimana kita
bersalam pada Nabi saw
setiap kita shalat pun
kita tak melihat beliau
saw. Diriwayatkan bahwa
Imam Al hafidh
Taqiyuddin Assubkiy
rahimahullah, seorang
Imam Besar dan
terkemuka dizamannya
bahwa ia berkumpul
bersama para Muhaddits
dan Imam Imam besar
dizamannya dalam
perkumpulan yg padanya
dibacakan puji pujian
untuk nabi saw, lalu
diantara syair syair itu
merekapun seraya berdiri
termasuk Imam Assubkiy
dan seluruh Imam imam
yg hadir bersamanya, dan
didapatkan kesejukan yg
luhur dan cukuplah
perbuatan mereka itu
sebagai panutan, dan
berkata Imam Ibn Hajar
Alhaitsamiy rahimahullah
bahwa Bid ’ah hasanah
sudah menjadi
kesepakatan para imam
bahwa itu merupakan hal
yg sunnah, (berlandaskan
hadist shahih muslim
no.1017 yg terncantum pd
Bab Bid’ah) yaitu bila
dilakukan mendapat
pahala dan bila
ditinggalkan tidak
mendapat dosa, dan
mengadakan maulid itu
adalah salah satu Bid ’ah
hasanah, Dan berkata
pula Imam Assakhawiy
rahimahullah bahwa
mulai abad ketiga
hijriyah mulailah hal ini
dirayakan dengan banyak
sedekah dan perayaan
agung ini diseluruh dunia
dan membawa
keberkahan bagi mereka
yg mengadakannya.
(Sirah Al Halabiyah Juz 1
hal 137)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar